oleh Bunga Terakhir
pada 01 November 2011 jam 19:03
Ku
lihat kembali cermin di bilikku.
Tetap kupandangi tanpa rasa jemu. Ada bayang semu menyelinap di hamparan cermin usangku ini.
Bertahun telah berlalu, namun bayanganmu tak jua sirna dari ingatanku. Tak pernah lelah ku tatap cermin kenangan kita berdua. Saat-saat mana kita selalu menghabiskan waktu berdua dengan saling mengejek dengan kekurangan kita masing-masing. Saling menyanjung dengan kelebihan kita masing_masing. Aku yang berkulit putih dan bermata sipit, namun berambut keriting. Dan kau yang berkulit sawo mentah bermata tajam dengan rambut yang agak jabrik.
Dua perbedaan yang sangat bertolak belakang.
Tetapi itulah yang mampu menyatukan kita.
Menyatukan cinta dengan sejuta harapan yang terbentang. Memintal bahagia tanpa jeda dalam ruang dan waktu.
Kita tak kan berhenti bergaduh sebelum aku mulai marah dan kau kembali memelukku dengan tatapan mesramu.
Tapi kini semua telah berlalu. Aku berlabuh dengan kesendirianku. Memintal kenangan yang tak pernah berlalu. Memintal benang rindu yang tak pernah kan menyatu. Kau terenggut dari hidupku, memusnahkan impianku, memusnahkan harapanku dan memusnahkan masa depanku.
Pergimu mengaut luka yang paling dalam. Meregang nyawa di depan mata tanpa memiliki ku kesempatan untuk mendengar kata terakhirmu.
Terburailah putik cinta yang baru menyatu. Dalam tangisan pilu uraian sakitku. Tak berdaya untuk menerpa. Tak kuasa untuk menyapa.
Berguguran kenanga ini menjadi saksi Sebagai taburan bunga di pusaramu.
Pergilah dalam do'aku. Dan yakinlah kan ada kekuatan yang menopangku tuk menempuh hidupku di sisa waktuku.
Tetap kupandangi tanpa rasa jemu. Ada bayang semu menyelinap di hamparan cermin usangku ini.
Bertahun telah berlalu, namun bayanganmu tak jua sirna dari ingatanku. Tak pernah lelah ku tatap cermin kenangan kita berdua. Saat-saat mana kita selalu menghabiskan waktu berdua dengan saling mengejek dengan kekurangan kita masing-masing. Saling menyanjung dengan kelebihan kita masing_masing. Aku yang berkulit putih dan bermata sipit, namun berambut keriting. Dan kau yang berkulit sawo mentah bermata tajam dengan rambut yang agak jabrik.
Dua perbedaan yang sangat bertolak belakang.
Tetapi itulah yang mampu menyatukan kita.
Menyatukan cinta dengan sejuta harapan yang terbentang. Memintal bahagia tanpa jeda dalam ruang dan waktu.
Kita tak kan berhenti bergaduh sebelum aku mulai marah dan kau kembali memelukku dengan tatapan mesramu.
Tapi kini semua telah berlalu. Aku berlabuh dengan kesendirianku. Memintal kenangan yang tak pernah berlalu. Memintal benang rindu yang tak pernah kan menyatu. Kau terenggut dari hidupku, memusnahkan impianku, memusnahkan harapanku dan memusnahkan masa depanku.
Pergimu mengaut luka yang paling dalam. Meregang nyawa di depan mata tanpa memiliki ku kesempatan untuk mendengar kata terakhirmu.
Terburailah putik cinta yang baru menyatu. Dalam tangisan pilu uraian sakitku. Tak berdaya untuk menerpa. Tak kuasa untuk menyapa.
Berguguran kenanga ini menjadi saksi Sebagai taburan bunga di pusaramu.
Pergilah dalam do'aku. Dan yakinlah kan ada kekuatan yang menopangku tuk menempuh hidupku di sisa waktuku.
No comments:
Post a Comment