Hujan
datang malam ini,
Namun tak dapat membasahi kemarau di hatiku,
Walau hanya terbakar sesaat,
Panasnya terus menyengat hingga kini.
... Jiwaku kian ringkih,
Rebah pada sandaran rapuh,
Penuh duri yang semakin tajam.
Pedih memang...
Hanya itu lah tempatku bersinggah,
Meniti lorong berliku yang teramat sempit,
Tanpa naungan untuk berteduh.
Tetes demi tetes peluhku terjatuh,
Pada hamparan debu tebal di atas bumi,
Ingin kembali kujilat,
Namun kering dihisap tanah.
Mungkin sebaiknya ku ikhlaskan saja,
Masih ada air mata yang sama rasanya.
Asin sedikit getir.
Lalu sisanya ku biarkan terbang memuai,
Mengikuti langkah awan berwarna pucat,
Berharap butir-butirnya menjadi embun,
Menetes tepat di hatiku.
Walau hanya sejuk sebentar,
Kubiarkan sandaran itu terus menopang sukma,
Hingga akhirnya tumbang di atas pusara,
Untuk hentikan duka kelana.
"Omega"
Namun tak dapat membasahi kemarau di hatiku,
Walau hanya terbakar sesaat,
Panasnya terus menyengat hingga kini.
... Jiwaku kian ringkih,
Rebah pada sandaran rapuh,
Penuh duri yang semakin tajam.
Pedih memang...
Hanya itu lah tempatku bersinggah,
Meniti lorong berliku yang teramat sempit,
Tanpa naungan untuk berteduh.
Tetes demi tetes peluhku terjatuh,
Pada hamparan debu tebal di atas bumi,
Ingin kembali kujilat,
Namun kering dihisap tanah.
Mungkin sebaiknya ku ikhlaskan saja,
Masih ada air mata yang sama rasanya.
Asin sedikit getir.
Lalu sisanya ku biarkan terbang memuai,
Mengikuti langkah awan berwarna pucat,
Berharap butir-butirnya menjadi embun,
Menetes tepat di hatiku.
Walau hanya sejuk sebentar,
Kubiarkan sandaran itu terus menopang sukma,
Hingga akhirnya tumbang di atas pusara,
Untuk hentikan duka kelana.
"Omega"
No comments:
Post a Comment